Dawn of the Planet of the Apes menjadi
bukti terbaru bagaimana sebuah film dengan status blockbuster yang hadir
di periode summertime tetap mampu atau dapat memberikan hiburan yang
menyenangkan tanpa harus secara total mengesampingkan substance demi
style, tanpa perlu mengorbankan dirinya untuk tampil kelewat “bodoh”
agar dapat menyenangkan penontonnya. Tidak perlu penjelasan panjang
lebar di paragraf pembuka ini, it’s surely this year one of the best so
far. Welcome to “modern” blockbuster era btw. Dawn of the Planet of the
Apes, a very good humanity message from simple friction between humans
and speaking monkeys. Engaging.
Virus yang dicanangkan oleh boss Will (James Franco) itu ternyata
benar-benar terwujud, peradaban manusia kemudian rusak akibat virus
ALZ-113 yang juga membawa dampak buruk yang jauh lebih besar. Kini
kekuasaan manusia mulai digantikan oleh para Apes yang di kota San
Fransisco dibawah komando simpanse karismatik, Caesar (Andy Serkis),
telah memperkuat habitat dan juga wilayah kekuasaan mereka di Muir
Woods, lokasi yang celakanya juga menjadi tempat dimana bendungan yang
dapat menjadi sumber daya bagi jaringan listrik seluruh kota berada.
Hal tersebut yang menjadi kendala bagi Malcolm (Jason Clarke), yang
bersama Ellie (Keri Russell), Alexander (Kodi Smit-McPhee) serta
beberapa rekan lainnya ditugaskan oleh pria bernama Dreyfus (Gary
Oldman) untuk masuk kedalam hutan dan kemudian mengaktifkan kembali
bendungan tersebut. Caesar, Koba (Toby Kebbell), dan beberapa sosok
penting kawanan Apes lainnya pada dasarnya juga ingin menjaga
perdamaian, namun sayangnya hadirnya faksi lain dengan tujuan yang
berbeda membawa cobaan bagi komitmen terhadap perdamaian yang mereka
ciptakan sebelumnya itu.
Dawn of the Planet of the Apes adalah film bunglon, ia punya berbagai
warna cerita yang berhasil ditampikan dengan baik dan seimbang di dalam
satu kemasan, dan kombinasi diantara mereka terasa variatif serta
menyegarkan. Ini pada dasarnya masih merupakan sebuah film tentang
perang dimana cerita yang ditulis oleh Mark Bomback, Rick Jaffa, dan
Amanda Silver tetap mengacu pada tujuan utama karakter untuk
menyelamatkan dunia, tapi yang menarik adalah ia tidak serta merta
dengan frontal menunjukkan misinya tersebut dengan berbagai ledakan dan
aksi heroik yang menyesakkan layar.
Matt Reeves menjadikan film ini lebih kepada permainan perasaan bagi
para penontonnya, bercerita tentang kehancuran tanpa harus menghancurkan
sejenak kerja otak dari para penontonnya. Ini yang terasa berani karena
dengan budget yang terhitung besar sejak awal hingga menjelang showdown
di bagian akhir yang kelak akan terasa seperti sebuah grandprize itu
kesan sederhana tidak pernah lepas dari Dawn of the Planet of the Apes.
Tanpa rasa takut penonton lebih sering di buat untuk menunggu disini
tapi dalam situasi yang positif, tidak membawa mereka kedalam
petualangan yang bergerak cepat dengan oktan tinggi, secara perlahan dan
tidak terburu-buru membangun kembali karakter disertai masalah yang
mereka punya (karakter manusia berkembang dengan baik disini),
memberikan kedalaman di dua bagian tadi sehingga ketika ia mulai masuk
kedalam bagian yang bertugas untuk mengeksploitasi adrenalin para
penonton akan memperoleh keseimbangan yang menyenangkan.
Dawn of the Planet of the Apes ternyata ikut menerapkan apa yang pada
tahun ini sedang marak dilakukan oleh film-film blockbuster,
menyandingkan style dan substance dengan manis. Tetap ada elemen otot
tapi juga ada otak yang bermain disini, pesan terkait coexist itu tidak
hanya digambarkan dengan hadirnya masalah, kehancuran disana-sini, dan
kemenangan, tapi telah di set untuk dibangun agar dapat menyerap kedalam
emosi dan empati penontonnya, hal yang pada akhirnya turut menjadikan
pesan miliknya semakin kuat. Anda bahkan akan dibuat bingung, siapa yang
harus didukung karena tercipta hubungan yang menarik serta kepedulian
yang sama besar pada dua sisi perjuangan yang secara cerdas di
perlakukan dengan sangat bijaksana oleh Matt Reeves itu.
Tapi tenang, Dawn of the Planet of the Apes tidak serumit yang anda
bayangkan setelah membaca bagian di atas tadi. Memang tidak ada ledakan
penuh kesibukan skala super besar, cenderung tenang malah, tapi penonton
tetap akan memperoleh pengalaman sinematik yang mengesankan disini,
sebuah seni CGI yang sangat rinci sehingga menjadikan karakter terasa
sangat nyata. Ya, sangat nyata, bahkan ini juga berpotensi sedikit
mengganggu mereka yang terlibat terlalu dalam dan intim pada cerita,
karakter yang believeable serta relationship yang kuat dibalik teknik
bercerita yang terkesan sederhana itu menyebabkan masalah yang bertumpu
pada persoalan moral tadi tidak pernah berhenti memanfaatkan script kuat
yang menopangnya untuk terus bermain-main di layar dan juga pikiran
penonton.
Apakah tidak ada nilai minus? Ada, Dawn of the Planet of the Apes adalah
film segmented. Tidak ekstrim, tapi mereka yang tidak suka dengan film
yang menuntut kesabaran dan investasi sambil menantikan datangnya babak
akhir, ini akan terasa membosankan. Apalagi dinamika yang ia punya juga
bukan tipe rollercoaster, lebih kepada tight dalam level stabil sejak
awal hingga akhir, berpotensi menjemukan meskipun tetap ditemani dengan
visual menarik, berisikan realisme pada kebencian, konfrontasi,
ketakutan, ketegangan, kegembiraan, hingga drama yang manis, intim namun
tetap intens dengan keseimbangan yang pas pada bagian besar dan bagian
kecil cerita yang oleh Matt Reeves terus dijaga untuk tidak melewati
batas sehingga tidak menimbulkan kesan yang berlebihan.
Dua jempol tentu layak diberikan pada kinerja tim visual efek, tapi
tanpa kinerja yang baik dari Andy Serkis serta pemeran Apes lainnya,
Dawn of the Planet of the Apes mungkin tidak akan sekuat ini. Para Apes
yang memegang kendali utama di film ini berhasil menyajikan sebuah
kehidupan dan gejolak yang charming dan manis, menjadikan karakter
mereka berdiri sejajar dengan karakter manusia.
Apakah akting pada motion capture dapat berpartisipasi di Oscar? Dan
disisi lainnya film ini juga berhasil memperbaiki hal minus pada
karakter manusia yang dimiliki oleh Rise of the Planet of the Apes,
berkembang tapi dalam kadar yang pas dimana Gary Oldman menjadi scene
stealer. Overall, Dawn of the Planet of the Apes adalah film yang
memuaskan. Dimulai dan diakhiri dengan sepasang mata yang konstan
menatap tajam kearah penontonnya, Dawn of the Planet of the Apes bukan
hanya berhasil menjalankan tugasnya sebagai film blockbuster dengan
sajian visual yang memuaskan tapi disisi lain ia juga mampu bercerita
dengan sama baiknya.
Dari perang, hadir gesekan, terus bertumpu pada pesan moral dan
perdamaian, ini adalah sebuah kritik atau mungkin tamparan tajam yang
dikemas dengan cerdas ditujukan kepada mereka yang masih menganggap
perang sebagai sesuatu yang biasa, dan moral bukan hal penting lagi
dalam dunia modern sekarang ini. So, dimana posisi anda, berada dibawah
perilaku para monyet ini, atau berada diatasnya? Jika anda saat ini
masih melihat kearah atas, I hope someday you'll join us.
Sumber,