Nama James Wan mungkin selamanya akan dikenal sebagai seorang penulis naskah sekaligus sutradara dari film
Saw
(2004) – sebuah film thriller yang sukses mencuri perhatian penikmat
film dunia dan lalu berkembang menjadi sebuah franchise yang berisikan
tujuh seri film sekaligus menyebarkan kembali virus torture porn di
kalangan pembuat film Hollywood lainnya.
Pun begitu, seperti yang dapat disaksikan lewat
Dead Silence (2007) dan
Insidious
(2011), Wan kemudian memilih untuk menyajikan kengerian dalam film-film
yang ia hadirkan berikutnya lewat formula horor tradisional yang lebih
mengutamakan atmosfer penceritaan yang mencekam, intensitas ketegangan
yang terjaga serta kejutan-kejutan horor daripada deretan adegan yang
dipenuhi kekerasan, simbahan darah maupun potongan tubuh para karakter
yang ada di dalam jalan cerita.
Film teranyar arahan Wan, The Conjuring, sekali lagi mencoba untuk
mengeksplorasi formula horor tradisional tersebut dalam memaparkan dua
tema penceritaan horor yang familiar – rumah berhantu dan aksi
pengusiran setan – dan menggabungkannya menjadi sebuah kesatuan cerita
yang mampu menghadirkan rasa ketakutan mendalam pada setiap penontonnya.
Dengan naskah cerita yang ditulis oleh duo Chad dan Carey Hayes (The
Reaping, 2007) berdasarkan kisah nyata mengenai sebuah kasus yang
dialami oleh pasangan penyelidik masalah-masalah paranormal, Ed dan
Lorraine Warren, The Conjuring memulai kisahnya dengan kepindahan
pasangan suami istri, Roger (Ron Livingston) dan Carolyn Perron (Lili
Taylor), bersama dengan kelima puteri mereka, Andrea (Shanley Caswell),
Nancy (Hayley McFarland), Christine (Joey King), Cindy (Mackenzie Foy)
dan April (Kyla Deaver), ke sebuah rumah tua yang terletak di wilayah
Harrisville, Rhode Island, Amerika Serikat.
Roger dan Carolyn telah bersiap untuk memulai kehidupan baru mereka
bersama kelima puterinya di rumah tersebut. Namun, layaknya seperti yang
selalu terjadi dalam film-film horor klasik bertema sama, keluarga
tersebut secara perlahan mulai merasakan adanya gangguan yang tidak
dapat dijelaskan hadir dalam keseharian mereka.
Setelah beberapa saat mencoba bertahan dan menghadapi gangguan-gangguan
tersebut, Carolyn akhirnya memutuskan untuk menghubungi pasangan
paranormal, Ed (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga). Ed
sendiri sebenarnya tidak begitu berniat untuk menjawab permintaan
Carolyn untuk menolong keluarganya akibat sebuah permasalahan yang
terjadi pada Lorraine dalam kasus terakhir yang mereka hadapi. Lorraine
sendiri yang kemudian bersikeras dan mendorong Ed agar mau mengambil
kasus tersebut.
Dan benar saja, setibanya Ed dan Lorraine di rumah yang dihuni oleh
keluarga Perron, keduanya langsung merasakan adanya kekuatan
supernatural jahat yang berniat tidak hanya untuk mengganggu keluarga
tersebut… namun juga mengancam keselamatan bahkan nyawa mereka.
Tidak seperti kebanyakan film horor modern – yang menghadirkan (terlalu)
banyak momen-momen kejutan dalam presentasi ceritanya untuk memberikan
rasa takut pada penonton, James Wan justru menyajikan The Conjuring
dalam teknik penceritaan film-film horor klasik. Wan sama sekali tidak
terburu-buru dalam menyajikan jalan ceritanya namun, di saat yang
bersamaan, Wan juga memastikan bahwa alur moderat yang ia gunakan mampu
membuka secara perlahan setiap tabir misteri yang ingin ia hadirkan
kepada penonton sekaligus membuat setiap karakter memiliki penggalian
serta plot penceritaan yang kuat.
Kemampuan Wan dalam menangani struktur penceritaan The Conjuring secara
cerdas itulah yang kemudian berhasil membuat atmosfer horor yang
terkandung di dalam film ini berkembang dengan sempurna dan akhirnya
melibatkan penonton secara efektif untuk turut larut dalam berbagai
kengerian yang disajikan. Kehadiran karakter-karakter dalam jalan cerita
The Conjuring juga menjadi salah satu elemen terkuat penceritaan film
ini ketika Wan berhasil memilihkan para aktor dan aktris yang demikian
meyakinkan mampu menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan.
Nama-nama seperti Patrick Wilson, Ron Livingston hingga pemeran muda
seperti Joey King, Mackenzie Foy serta nama-nama peran pendukung yang
belum familiar seperti Shannon Kook dan John Brotherton berhasil
menjadikan kualitas departemen akting film ini tampil begitu kokoh.
Namun, jelas adalah dua pemeran wanita, Vera Farmiga serta Lili Taylor,
yang menjadi bintang utama film ini. Hal ini jelas tidak terlepas dari
kemampuan duo penulis naskah Chad dan Carey Hayes yang menitikberatkan
pengisahan drama The Conjuring pada dua karakter wanita yang
masing-masing juga berperan sebagai seorang ibu. Dan ketika baik Farmiga
dan Taylor mampu mengeksekusi peran tersebut dengan begitu sempurna,
penampilan serta karakter keduanya mampu menjadi nyawa utama dari jalan
cerita The Conjuring secara keseluruhan.
Wan tidak hanya menyajikan The Conjuring sebagai sebuah horor klasik
dari segi penceritaannya. Dengan latar belakang penceritaan yang berada
di tahun ’70-an, Wan mampu menghadirkan ceritanya dengan dukungan tata
produksi yang juga tampil sangat meyakinkan, mulai dari tata rias, tata
kostum hingga desain produksi dari lokasi yang digunakan di sepanjang
penceritaan film.
Dukungan tata musik arahan Joseph Bisara juga semakin menambah kental
elemen horor klasik dari The Conjuring – dan menjadi salah satu elemen
terbaik dari film ini. Ditambah dengan iringan tata teknis kamera yang
terus bergerak dinamis dalam menelusuri setiap sudut lokasi penceritaan
serta mengikuti pergerakan setiap karakter, penceritaan The Conjuring
mampu tampil begitu efektif dalam menakuti setiap penontonnya.
Layaknya film-film horor klasik, James Wan mengeksekusi jalan cerita
yang telah ditulis Chad dan Carey Hayes secara perlahan, membiarkan
setiap plot penceritaan untuk berkembang dengan baik sekaligus
memberikan ruang yang cukup untuk setiap karakter dalam memaparkan kisah
mereka.
Hasilnya, meskipun harus diakui bahwa The Conjuring tidak akan mampu tampil sekuat
Insidious
dalam menakuti para penontonnya, namun Wan jelas telah menghadirkan The
Conjuring dengan eksekusi penceritaan yang jauh lebih baik dari
Insidious
maupun film-film yang telah ia garap sebelumnya. Jelas adalah sangat
menyenangkan untuk menyaksikan sebuah film horor yang murni bergantung
pada atmosfer kengeriannya dan sama sekali tidak bertumpu pada hal-hal
klise yang seringkali dieksploitasi dalam film-film sejenis. Berdiri
sejajar bersama
Insidious dan
Sinister sebagai salah satu film horor terbaik dalam beberapa tahun terakhir.
Sumber,